Pada masa berakhirnya Perang Pasifik, Jepang mengalami kekalahan. Total kerugian materi yang diderita Jepang begitu besar. Kerusakan akibat bom atom sekutu sangat membahayakan lingkungan mengingat radiasi dari bom atom tersebut.
Sebelum
Jepang menyatakan kalah perang dari Sekutu, Kaisar Hirohito pernah
berucap, bahwa Jepang akan bengkit menjadi Negara yang makmur dan maju
dalam segala bidang melebihi negara-negara manapun di dunia. Dan memang
benar, setelah perang memporak-porandakan Jepang, Sang Kaisar memimpin
rakyat negeri matahari terbit bangkit dari puing-puing perang menjadi
yang anda lihat sekarang ini. Segala bidang di Jepang tumbuh menjadi
industri-industri yang hasil produknya menjamah di seluruh dunia.
Dalam
hal ekonomi, saat ini Jepang merupakan negara pertama Asia yang mampu
bersaing dengan Negara barat yang merupakan ujung tombak dalam deretan
Negara maju.
KERJA KERAS
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras.
Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat
tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911
jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).
Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di
Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak
dibutuhkan” oleh perusahaan. Di kampus, professor juga biasa pulang
malam (tepatnya pagi ), membuat mahasiswa nggak enak pulang duluan.
Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang.
Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras inilah
sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.
MALU
Malu
adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh
diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai,
yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern,
wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para
pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau
merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah
anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau
tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih
jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan
memotong jalur di tengah jalan. Bagaimana mereka secara otomatis
langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan,
pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di
halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun”, mereka berjajar
rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila
mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan
umum.
HIDUP HEMAT
Orang
Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti
konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di
Jepang, para ibu rumah tangga rela naik sepeda menuju toko sayur agak
jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau 30 yen. Banyak
keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak mampu,
tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian.
Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke kampus, bareng dengan
mahasiswa-mahasiswanya.
LOYALITAS
Loyalitas
membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan
rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang
orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan
di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari
Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate,
yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang
garapan (core business) perusahaan.
INOVASI
Jepang
bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam
meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang
diminati oleh masyarakat. Contohnya saja Akio Morita yang mengembangkan
Sony Walkman, Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki
oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan
dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama
puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu.
Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan
jumlah total produksi mencapai 150 juta produk.
PANTANG MENYERAH
Sejarah
membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang
menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua
akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika
restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi
dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat
Jepang menyerah. 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain
termasuk Indonesia. Kemudian Rentetan bencana terjadi di tahun 1945,
dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah
perangnya Jepang, dan ditambah dengan gempa bumi besar di Tokyo.
Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang
sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat
(shinkansen). Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang
harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan
nama shippaigaku (ilmu kegagalan).
BUDAYA BACA
Tidak
peduli dimana saja duduk atau berdiri, banyak orang yang memanfaatkan
waktu untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat manga (komik
bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah. Buku pengetahuan
disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin
tinggi. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam
proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman,
dsb).
KERJASAMA KELOMPOK
Budaya
di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja” yang terlalu bersifat
individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan
untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia
kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu,
mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja
dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang.
MANDIRI
Sejak
usia dini anak” dilatih untuk mandiri. Di Yochien (gak tau nama apa)
setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung
jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku
kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua.
Mahasiswa mengandalkan kerja part time untuk biaya kuliah dan kehidupan
sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka meminjam uang ke orang tua yang nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
JAGA TRADISI
Perkembangan
teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi
dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja
masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi
reflek orang Jepang. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari
berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain.
Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang.
Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah,
tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para
petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan
pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk
orang” yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang
merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Comments