Seijin no hi)
Di Indonesia, seseorang dikatakan telah
dewasa secara hukum ketika usianya telah menginjak 17 tahun. Bagaimana
dengan di Jepang? Apa arti kedewasaan bagi orang Jepang?
Usia yang semakin bertambah memang tidak
bisa dikatakan sebagai tolak ukur seseorang telah menjadi dewasa atau
tidak. Namun, paling tidak, pertambahan usia dapat dijadikan tolak ukur
untuk memandang situasi seseorang.
Di Jepang terdapat upacara Hari Kedewasaan (成人の日) atau yang kerap disapa Seijin no Hi yang merupakan hari libur resmi di Jepang yang jatuh pada hari Senin minggu kedua di bulan Januari. Menurut undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō), hari libur ini dimaksudkan untuk "merayakan generasi muda yang bisa hidup mandiri, dan menyadari telah menjadi dewasa."
Upacara Seijin shiki diadakan pemerintah lokal di kota-kota dan desa-desa untuk meresmikan penduduk yang telah atau segera genap berusia 20 tahun, usia orang telah dianggap dewasa menurut hukum untuk boleh merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, dan mengikuti pemilihan umum
Perayaan ini
berasal dari upacara keagamaan Shinto, yang disebut Genpuku. Pada
Upacara Genpuku, anak laki-laki berusia 10 - 16 tahun yang berasal dari
Keluarga Samurai menerima Eboshi (sejenis ikat kepala) sebagai nama
resmi yang menandakan kedewasaan mereka. Versi lain dari Genpuku adalah
Kanrei, yaitu dimana anak laki-laki yang berasal dari Keluarga Kerajaan
mendapatkan Fundoshi (kain cawat yang digunakan pe-Sumo sekarang)
sebagai tanda kedewasaan mereka.
Zaman dahulu,
anak perempuan di Jepang yang berusia 12 - 16 tahun sudah dikatakan
dewasa dan bisa menikah. Upacara kedewasaan untuk perempuan pada waktu
itu disebut Mogi, dimana anak perempuan itu mendapatkan Kimono sebagai
penanda kedewasaan mereka.
Sekitar abad 19,
Perayaan Genpuku dan Kanrei tidak terlalu sering dilakukan. Ini akibat
dari perubahan struktur Pemerintahan Jepang. Pada tahun 1876, orang
Jepang dikatakan dewasa ketika menginjak usia 20 tahun, namun saat itu
perayaan kedewasaan belum dilakukan secara formal.
Sejak ditetapkan tahun 1948 hingga tahun 1999, Hari Kedewasaan selalu diadakan tanggal 15 Januari bertepatan dengan hari tahun baru kecil untuk meneruskan tradisi Genbuku yang selalu diadakan pada hari yang sama. Di tahun 2000, Hari Kedewasaan dipindah ke hari Senin minggu kedua di bulan Januari sesuai Sistem Happy Monday yang memindahkan sebagian hari libur ke hari Senin agar libur akhir pekan bertambah panjang.
Peserta
upacara Seijin shiki adalah penduduk yang sehari setelah Hari
Kedewasaan tahun lalu hingga hari upacara berlangsung telah genap
berusia 20 tahun. Penduduk yang diundang untuk mengikuti upacara tahun 1960 misalnya, terdiri dari penduduk yang berulang tahun ke-20 antara tanggal 16 Januari 1959 hingga 15 Januari 1960. Sebagian pemerintah lokal juga mengundang penduduk yang berulang tahun ke-20 antara tanggal 2 April tahun yang lalu hingga 1 April tahun berjalan.
Comments